Dulu, saya adalah tipe perempuan yang mengira cinta adalah segalanya. Tanpa pacar, saya merasa seperti bukan apa-apa, seperti separuh manusia yang menunggu seseorang untuk “melengkapi” saya. Saya selalu terjun ke setiap hubungan dengan sepenuh hati, berusaha membuktikan bahwa saya layak dicintai, tapi akhirnya selalu patah hati dan kehilangan diri sendiri. Lalu saya menemukan BTC Sugar Dating, dan itu mengubah dunia saya. Platform ini bukan cuma soal bertemu orang baru; ini tentang belajar menetapkan batasan dan menemukan nilai diri saya tanpa bergantung pada cinta.
Hidup di Jakarta seperti naik rollercoaster—pekerjaan, pertemanan, dan urusan cinta, semuanya berebut waktu saya. Saya dulu berpikir cinta adalah penyelamat, sesuatu yang akan membuat saya “utuh”. Tapi setiap putus cinta, saya malah merasa semakin kosong. Seorang teman cerita tentang BTC Sugar Dating, bilang ini tempat di mana kamu bisa menukar waktu dengan nilai, dengan pembayaran Bitcoin yang jelas dan jujur. Awalnya terdengar dingin, seperti menjual cinta, tapi rasa penasaran membuat saya mendaftar, meski ragu-ragu.
Match pertama saya adalah pria yang terlihat tenang, mengirim pesan: “Makan malam di SCBD? Pengen dengar ceritamu.” Reflek lama saya muncul—bagaimana kalau saya nggak cukup seru? Tapi sebelum bertemu, dia mengirim pembayaran Bitcoin dengan catatan: “Nungguin malam ini.” Itu seperti tamparan—dalam cara yang baik. Waktu saya ternyata punya nilai! Di restoran, dia cerita tentang stres kerjanya, saya cerita soal mimpi saya. Tapi kali ini, saya bilang ke diri sendiri: saya nggak harus jadi “pacar sempurna”. Saya bisa hadir dan memikirkan apa yang saya mau dari malam ini.
Di BTC Sugar Dating, saya belajar bikin batasan. Ada satu pengguna yang ngajak ke acara akhir pekan, tapi saya lagi pengen malam tenang dengan kopi dan musik. Saya tarik napas dalam dan bilang, “Minggu ini saya butuh waktu sendiri, mungkin lain kali.” Ajaibnya, dia bilang, “Hormatin pilihanmu.” Dia bahkan kirim Bitcoin dengan pesan: “Makasih udah jujur.” Saya kaget—ternyata bilang “tidak” nggak bikin saya ditolak? Aturan platform yang jelas dan transparansi Bitcoin bikin saya nggak perlu menebak-nebak niat orang. Saya bisa jadi diri sendiri.
Masyarakat sering bilang perempuan nggak berharga kalau nggak dicintai. Tapi BTC Sugar Dating nunjukin kalau hubungan bisa jadi pertukaran yang adil. Waktu saya, kehadiran saya, cerita saya—semua itu berharga, dan saya nggak perlu “dicintai” untuk membuktikannya. Suatu malam di kafe Kemang, seorang match bertanya, “Kenapa kamu selalu kayak berusaha bikin orang lain senang?” Pertanyaan itu bikin saya terdiam—saya sadar selama ini hidup demi pengakuan orang lain. Sejak itu, sebelum tiap kencan, saya tanya ke diri sendiri: hari ini saya butuh apa? Koneksi? Rasa dihargai? Atau cuma waktu santai?
Kehebatan BTC Sugar Dating ada pada caranya bikin saya melihat hubungan dengan jernih, bukan kacau balau emosi. Bitcoin bikin semua pembayaran terbuka dan aman, jadi nggak ada ruang buat main-main atau manipulasi. Suatu malam di restoran Pantai Indah Kapuk, match saya cerita tentang buntu di kariernya. Saya berbagi pengalaman mencari tujuan hidup, dan kami nyambung. Saat dia kirim Bitcoin dengan catatan, “Malam ini bikin saya punya harapan,” itu bukan cuma soal uang—itu soal saling menghargai nilai masing-masing. Itu yang saya cari selama ini—kesetaraan.
Dalam psikologi, ada istilah “efikasi diri”, yaitu keyakinan bahwa kamu bisa mengatur hidupmu sendiri. BTC Sugar Dating bantu saya bangun keyakinan itu. Saya bisa pilih hubungan yang cocok, bilang apa yang saya mau, dan pergi kalau nggak cocok. Di kota kayak Jakarta, banyak cewek yang menggantungkan hidup pada cinta. Tapi platform ini ngajarin saya bahwa cinta cuma satu bagian dari hidup. Saya bisa bersinar sendiri.
Saya masih pakai BTC Sugar Dating, tapi saya bukan lagi cewek yang butuh cinta untuk merasa utuh. Saya jadi perempuan yang tahu nilai dirinya. Tiap buka dompet Bitcoin dan lihat transaksi baru, saya tersenyum—bukan cuma karena uangnya, tapi karena itu bukti saya cukup berharga. Platform ini nggak cuma kasih saya koneksi, tapi kebebasan untuk mendefinisikan diri saya sendiri.