BTC Sugar Dating Adalah Perpisahan Saya dengan Kepribadian Penyenang Orang

Namaku Rina, 28 tahun, desainer grafis di Jakarta. Selama ini aku adalah tipe orang yang selalu ingin menyenangkan orang lain. Aku takut bilang “tidak”, takut membuat orang kecewa, sampai lupa menghargai diriku sendiri. Tapi semua berubah ketika aku menemukan BTC Sugar Dating. Platform ini jadi ritual perpisahanku dengan Rina yang selalu mengorbankan diri.
 
Awalnya, saat dengar tentang BTC Sugar Dating, aku cuma nyengir sinis. Platform buat tukar waktu dengan uang atau kebersamaan? Kedengerannya dingin, bukan hubungan. Tapi hidup di Jakarta penuh tekanan—tagihan sewa, cicilan, dan tuntutan kerja bikin aku sesak. Akhirnya, dengan setengah hati, aku daftar. Siapa sangka, itu jadi titik balik hidupku.
 
Pertama kali aku match dengan Dedi, 41 tahun, pengusaha teknologi yang kalem tapi tegas. Kami ketemu di sebuah restoran rooftop di SCBD. Dia langsung tanya, “Rina, apa yang kamu inginkan dari ini?” Aku bingung, lalu bilang, “Aku cuma ingin didengar.” Dia mengangguk, mengirimkan Bitcoin lewat aplikasi, dan bilang, “Ayo mulai dari situ.” Saat itu, aku merasa dihargai tanpa syarat.
 
Tapi pelajaran sebenarnya bukan soal uang, melainkan soal batasan. Dulu, aku selalu takut mengecewakan orang. Saat kencan kedua, Dedi tanya mau ke mana akhir pekan ini. Refleks, aku hampir bilang, “Terserah kamu aja.” Tapi dia memotong, “Rina, bilang apa yang kamu mau.” Aku terkejut. Aku sadar, aku bahkan nggak tahu apa yang aku inginkan.
 
Di BTC Sugar Dating, aku belajar bilang “tidak”. Ada yang ngajak ke klub, tapi aku tolak karena nggak suka tempat ramai. Aku kira dia bakal marah, tapi dia malah bilang, “Aku suka kejujuranmu.” Itu baru. Di dunia kencan biasa, bilang “tidak” sering bikin canggung. Di sini, itu justru dihargai. Transparansi pembayaran Bitcoin juga membantu—semua transaksi tercatat di blockchain, jelas dan aman. Itu memberiku keberanian untuk tegas.
 
Psikologi menyebutnya “kepribadian penyenang orang”—orang yang mengorbankan diri demi penerimaan orang lain. Itu aku banget. Tapi BTC Sugar Dating menunjukkan jalur lain. Saat makan malam dengan Dedi, dia tanya kenapa aku gabung di platform ini. Aku menarik napas dan bilang, “Karena aku ingin mengatur hidupku sendiri.” Dia tersenyum, “Itu yang bikin kamu istimewa.” Pertama kalinya aku merasa dihargai apa adanya.
 
Perubahan nggak datang seketika. Pernah aku terjebak kebiasaan lama, setuju kencan yang nggak aku suka karena orangnya “kelihatan baik”. Aku pulang dengan hati kesal. Di depan cermin, aku tanya diri sendiri, “Kenapa kamu masih nyakitin diri sendiri?” Setelah itu, aku atur ulang filter di aplikasi, janji nggak lagi kompromi demi orang lain.
 
Teman-teman masih nggak ngerti. “Jual diri demi uang? Kosong banget!” Tapi aku nggak setuju. BTC Sugar Dating adalah tempat aku merebut kembali kekuatanku. Transaksi Bitcoin mengajarkanku menghargai waktu dan emosiku. Ini bukan cuma aplikasi kencan—ini tempat aku belajar mencintai diri sendiri.
 
Platform ini adalah ritual perpisahanku dengan Rina yang penyenang orang. Sekarang aku perempuan yang tahu apa yang dia mau dan nggak takut menolak. Mencintai diri sendiri bukan menunggu validasi orang lain—tapi tentang menetapkan aturanmu sendiri dan menjalaninya.