Mengapa Pria di BTC Sugar Dating Lebih Suka “Membayar” Daripada “Bercinta”?

Aku duduk di sebuah kafe di SCBD Jakarta, menatap layar ponselku yang menampilkan aplikasi BTC Sugar Dating. Notifikasi transfer Bitcoin dari seorang pria bernama Reza baru saja masuk—cepat, transparan, tanpa drama. Dia pengusaha teknologi berusia 40-an, selalu bicara soal blockchain dan investasi, tapi tak pernah sekalipun menyebut kata “cinta”. Aku mulai bertanya-tanya, apa sih yang bikin pria seperti dia lebih memilih cara ini?
 
Awalnya, waktu pertama kali gabung di BTC Sugar Dating, aku pikir ini cuma tempat buat orang kaya yang ingin bersenang-senang. Tapi setelah beberapa kali bertemu pria seperti Reza, aku sadar ada sesuatu yang lebih dalam. Di sebuah restoran di Pantai Indah Kapuk, dia pernah bilang, “Cinta itu melelahkan. Aku pernah jatuh cinta, tapi akhirnya cuma sakit hati dan kehilangan kepercayaan.” Matanya penuh dengan kelelahan, bukan karena pekerjaan, tapi karena luka emosional yang dia bawa.
 
Pria-pria di platform ini punya cerita yang mirip. Mereka bisa jadi pebisnis sukses, trader kripto, atau pria biasa dengan tabungan lumayan. Tapi mereka semua punya satu kesamaan: mereka takut terluka lagi. BTC Sugar Dating menawarkan sesuatu yang mereka cari—hubungan yang bisa mereka kontrol. Sistem pembayaran Bitcoin di sini bikin semuanya jelas: tidak ada bank, tidak ada birokrasi, hanya transaksi langsung. Aku memberi waktuku, kamu memberi imbalan. Selesai. Tidak ada harapan yang tak realistis, tidak ada hati yang patah.
 
Temanku, Maya, yang juga aktif di platform ini, pernah bilang, “Mereka bukan orang dingin, mereka cuma kesepian.” Dan aku setuju. Di Jakarta, semua orang sibuk dengan karier, kemacetan, dan tekanan hidup. Pria-pria ini pulang ke apartemen mewah di Sudirman atau rumah besar di Bintaro, tapi tak ada yang menunggu mereka di sana. Mereka cuma ingin seseorang untuk diajak makan malam, ngobrol, atau sekadar mendengarkan keluh kesah mereka. BTC Sugar Dating memberi mereka ruang untuk itu.
 
Banyak yang mengkritik, bilang ini hubungan “transaksional” yang tak punya jiwa. Tapi benarkah? Dalam pacaran biasa, bukankah kita juga sering menyembunyikan apa yang kita mau? Kita berpura-pura mencintai tanpa syarat, tapi diam-diam mengharapkan balasan. Dan ketika harapan itu gagal, yang tersisa cuma luka. Di BTC Sugar Dating, semuanya terbuka. Aku tahu apa yang kamu inginkan, kamu tahu apa yang aku tawarkan. Bitcoin jadi jembatan yang bikin semuanya jujur.
 
Suatu malam, Reza bilang padaku, “Aku nggak bayar buat kamu suka sama aku. Aku bayar supaya aku bisa merasa sedikit berarti, walau cuma sebentar.” Kalimat itu bikin aku terdiam. Dia bukan cuma pria kaya yang seenaknya membelanjakan uang. Dia cuma manusia yang ingin merasa dibutuhkan. BTC Sugar Dating adalah tempat di mana orang-orang seperti Reza bisa menemukan sedikit kehangatan tanpa takut tersakiti lagi. Dan di dunia yang penuh ketidakpastian ini, itu sudah lebih dari cukup.