Aku tak pernah membayangkan cinta bisa terasa begitu ringan dan jelas. Selama ini, aku selalu tersesat dalam hubungan—mencoba menebak isi hati orang lain, terjebak dalam ekspektasi tak terucap, dan takut terluka. Tapi semua berubah ketika aku menemukan BTC Sugar Dating.
Malam Jumat di apartemen kecilku di Jakarta, aku menggulir ponsel dengan rasa lelah. Stres kerja dan rentetan kencan yang gagal membuatku merasa jenuh. Seorang teman pernah bercanda, “Kamu nggak butuh pacar, kamu butuh seseorang yang bisa diajak ngopi tanpa bikin ribet.” Aku tertawa, tapi diam-diam aku setuju.
Situs BTC Sugar Dating sederhana dan mudah digunakan. Pendaftarannya cepat: aku tinggal mengisi preferensi, seperti tipe hubungan yang kuinginkan, hobi, hingga hal-hal yang tak bisa kutoleransi. Yang membuat platform ini istimewa adalah kejujurannya. Semua pengguna terbuka tentang apa yang mereka cari, tanpa permainan tebak-tebakan. Penggunaan Bitcoin (BTC) sebagai alat pembayaran menambah lapisan transparansi. Entah itu kencan sekali jalan atau hubungan jangka panjang, semuanya disepakati di awal.
Pertemuan pertama membuatku sedikit gugup. Pasanganku bernama Dika, 34 tahun, manajer di perusahaan teknologi, dengan bio yang berbunyi, “Mencari obrolan yang nyata dan orang yang nyaman.” Kami mengobrol sebentar di platform, dan ketika dia bertanya tempat favoritku di Jakarta, aku menyebut Pantai Ancol. “Mau jalan-jalan ke sana akhir pekan ini?” tanyanya, sambil mengirim transaksi BTC. Melihat konfirmasi pembayaran itu, entah kenapa aku merasa tenang. Ini bukan main-main, ini komitmen nyata.
Hari itu, Dika datang dengan kaus sederhana dan senyum ramah. Kami berjalan di sepanjang pantai, mengobrol tentang pekerjaan, film, dan mimpi. Dia bilang, “Aku nggak jago soal pacaran. Rasanya kayak memecahkan teka-teki yang nggak ada jawabannya.” Aku tertawa, bilang aku juga merasa begitu. Kami tidak berusaha membuat satu sama lain terkesan, tidak ada tekanan untuk jadi “sempurna”. Kami hanya menikmati momen itu.
Itulah keajaiban BTC Sugar Dating—hubungan tidak terasa berat. Platform ini memungkinkanmu menentukan batasan jelas, dari waktu dan tempat kencan hingga suasana yang diinginkan. Pembayaran via Bitcoin memastikan tidak ada yang ingkar janji. Setiap transaksi terasa seperti kontrak kecil, pengingat bahwa kami berdua ada di sini karena pilihan.
Beberapa minggu berikutnya, aku dan Dika sering bertemu. Kami minum kopi di Kemang, menonton live music di bar kecil di SCBD, bahkan menghabiskan sore di pasar malam sambil makan sate. Setiap kali, kami mengatur detail di platform, dan pembayaran BTC berjalan lancar. Ini bukan soal uang, melainkan tentang saling menghormati. Dika pernah bilang, “Platform ini bikin aku bisa jadi diri sendiri tanpa beban.” Aku merasa hal yang sama.
Suatu malam, saat kami duduk di tepi pantai, Dika bertanya, “Menurutmu cinta itu apa?” Aku berpikir sejenak, lalu menjawab, “Mungkin ketika dua orang saling hadir, tanpa harus memikirkan apa yang akan terjadi nanti.” Dia mengangguk, bilang itulah kenapa dia suka BTC Sugar Dating—tidak perlu berjanji selamanya untuk bisa jujur saat ini.
Pengalaman ini membuatku sadar bahwa BTC Sugar Dating bukan sekadar platform kencan. Ini adalah ruang untuk memilih dan mendefinisikan hubungan sesuai keinginanku, tanpa terikat dogma cinta tradisional. Bagiku, cinta yang “tidak membebani” ini adalah kebebasan sejati.
Cinta tidak harus membuatmu kehilangan diri sendiri. Kadang, cukup saling jujur di saat ini. Dan BTC Sugar Dating membuat itu mungkin.