Cinta yang Dipilih dengan Nalar, Belum Tentu Kurang Lembut

Aku duduk di sebuah kafe di Pantai Indah Kapuk, Jakarta, menatap aplikasi BTC Sugar Dating di ponselku. Pesan dari Dika masuk: “Malam ini free? Pengen ngobrol sambil makan.” Dia berusia awal 40-an, pengusaha startup dengan pesona yang tenang tapi menarik. Saat pertama kali matched di BTC Sugar Dating, aku pikir ini cuma soal transaksi—Bitcoin masuk, aku kasih waktu, lalu selesai. Tapi Dika berbeda. Di balik hubungan yang “rasional” ini, ada kelembutan yang tak pernah kubayangkan.
 
Aku gabung di platform ini karena tekanan hidup di Jakarta. Biaya hidup tinggi, dan aku ingin ketemu orang baru sambil dapat sedikit keleluasaan finansial. Profil Dika sederhana, tanpa foto-foto mewah, cuma satu kalimat: “Cari temen ngobrol yang nyambung.” Aku pikir itu cuma gombal. Tapi saat ketemu pertama kali di sebuah restoran di Senopati, dia memesan es kopi favoritku dan bertanya, “Apa hal kecil yang bikin kamu senyum akhir-akhir ini?” Pertanyaan itu bikin aku kaget—jarang ada yang peduli apa yang aku rasakan.
 
Malam itu, kami ngobrol panjang—tentang pekerjaanku, mimpinya, bahkan film lama yang kami suka. Saat berpisah, dia mengirimkan transfer Bitcoin, cepat dan transparan. Tapi kata-katanya setelah itu yang bikin aku terpana: “Makasih udah nemenin aku malam ini. Lama banget aku nggak ngerasa sesantai ini.” Saat itu aku sadar, ini bukan cuma soal uang. Ada sesuatu yang nyata di sini.
 
Banyak yang nyinyir soal BTC Sugar Dating. Katanya ini cuma “jual-beli perasaan”, dingin dan nggak punya hati. Tapi aku malah merasa ini lebih jujur ketimbang pacaran biasa. Dalam hubungan “normal”, kita sering sembunyikan apa yang kita mau—cinta, perhatian, keamanan—di balik topeng pura-pura nggak butuh apa-apa. Tapi akhirnya? Kecewa, cemburu, patah hati. Di BTC Sugar Dating, semuanya jelas. Aku kasih waktu, kamu kasih dukungan, Bitcoin jadi jembatan. Rasional? Iya. Tapi bukan berarti nggak ada rasa.
 
Aku dan Dika lanjut ketemu. Dia ingat aku suka dessert apa, pernah ngingetin aku bawa payung pas musim hujan, dan sekali waktu nemenin aku nonton film di rumah pas aku lagi down. Di tepi Pantai Ancol, dia pernah bilang, “Aku suka ini—nggak ada tekanan, cuma kita berdua, apa adanya.” Bukan kata-kata romantis, tapi terasa tulus.
 
BTC Sugar Dating nggak janji cinta abadi, tapi kasih ruang buat pilih hubungan yang cocok buatmu. Bitcoin bukan cuma alat bayar, tapi juga cara buat jaga kepercayaan. Aku dan Dika mungkin nggak bakal jadi pasangan dalam dongeng. Tapi kelembutan kecil yang kami bagi? Itu lebih dari cukup.